Jumat, 23 Desember 2011

Siapakah Para Majus?


oleh: Romo William P. Saunders

Injil Matius menyebut tentang para majus yang datang dari Timur untuk menyembah bayi Kristus yang baru dilahirkan (bdk. Mat 2:1-12). Tetapi, tepatnya siapakah para majus tersebut tetap merupakan suatu misteri.

Seringkali para majus disebut juga sebagai ahli perbintangan. Dalam bahasa Yunani, bahasa asli Injil, kata “magos” (magoi, jamak) mempunyai empat arti: (1) seorang dari golongan imam Persia kuno, di mana astrologi dan astronomi berperan penting pada masa Kitab Suci; (2) seorang yang memiliki pengetahuan dan kuasa gaib (= okultisme), dan mahir dalam menafsirkan mimpi, perbintangan, ramal, hal-hal klenik, dan perantara roh; (3) seorang ahli nujum; atau (4) seorang dukun, yang memeras orang dengan mempergunakan praktek-praktek di atas. Dari definisi yang mungkin di atas dan dari gambaran dalam Injil, para majus kemungkinan adalah para imam Persia ahli perbintangan yang dapat membaca bintang-bintang, teristimewa makna bintang yang mewartakan kelahiran Mesias. (Bahkan ahli sejarah kuno Herodotus (wafat abad ke-5 SM) menegaskan keahlian kaum imam Persia dalam perbintangan).

Yang terpenting, kunjungan para majus menggenapi nubuat Perjanjian Lama: Bileam menubuatkan kedatangan Mesias yang akan ditandai dengan sebuah bintang: “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel…” (Bil 24:17). Mazmur 72 berbicara mengenai bagaimana bangsa kafir akan datang untuk menyembah Mesias: “kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan, kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya!” (Mzm 72:10-11). Yesaya juga menubuatkan persembahan-persembahan: “Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN” (Yes 60:6).

St. Matius mencatat bahwa para majus membawa tiga persembahan; masing-masing persembahan memiliki makna nubuat: emas, persembahan bagi seorang raja; kemenyan, persembahan bagi seorang imam; dan mur - balsam penguburan, persembahan bagi seorang yang akan meninggal. St. Ireneus (wafat 202) dalam tulisannya Adversus haereses menyampaikan tafsiran atas persembahan emas, kemenyan dan mur sebagai berikut: Raja, Tuhan dan Penebus yang Menderita, juga menafsirkannya sebagai keutamaan, doa dan penderitaan.

Pada umumnya, kita berpikiran bahwa ketiga majus tersebut adalah tiga orang raja. Kita biasa menempatkan patung tiga raja di gua natal kita. Kita bahkan menyanyikan, “Kami tiga raja dari Timur….” Di sini, ketiga persembahan, Mazmur 72 dan bintang yang terbit di Timur secara bersama-sama menggambarkan para majus sebagai tiga raja yang datang dari Timur.

Sebenarnya, tradisi awali tidak konsisten mengenai jumlah para majus. Tradisi Timur menyebutkan ada duabelas orang majus. Di Barat, beberapa Bapa Gereja perdana - termasuk Origen, St. Leo Agung, dan St. Maximus dari Turin - setuju ada tiga orang majus. Lukisan Kristen Perdana di Roma yang diketemukan dalam makam St. Petrus dan St. Marcellinus menggambarkan dua orang majus dan di makam St. Domitilla, empat orang.

Sejak abad ketujuh di Gereja Barat, para majus diidentifikasikan sebagai Kaspar, Melkior dan Baltasar. Dalam suatu karya tulis berjudul Excerpta et Collectanea yang ditulisSt. Beda (wafat 735) tercatat demikian, “Para majus adalah mereka yang membawa persembahan bagi Tuhan. Yang pertama dikatakan bernama Melkior, seorang tua berambut putih dan berjenggot panjang… yang mempersembahkan emas kepada Kristus bagai kepada seorang raja. Yang kedua bernama Kaspar, seorang muda tanpa jenggot dan kulitnya kemerah-merahan… menyembah-Nya sebagai Tuhan dengan persembahan kemenyan, suatu persembahan yang layak bagi yang ilahi. Yang ketiga, berkulit hitam dan berjenggot lebat, namanya Baltasar… dengan persembahan murnya memberikan kesaksian pada Putra Manusia bahwa ia akan wafat.” Suatu kutipan dari penanggalan para kudus abad pertengahan yang dicetak di Cologne berbunyi, “Setelah mengalami banyak pencobaan dan kelelahan demi Injil, ketiga orang bijaksana tersebut bertemu di Sewa (Sebaste di Armenia) pada tahun 54 untuk merayakan Natal. Kemudian, setelah Perayaan Misa, mereka wafat: St. Melkior pada tanggal 1 Januari, dalam usia 116 tahun; St. Baltasar pada tanggal 6 Januari, dalam usia 112 tahun; dan St. Kaspar pada tanggal 11 Januari, dalam usia 109 tahun.” Martirologi Romawi juga mencatat tanggal-tanggal di atas sebagai pesta masing-masing majus.

Kaisar Zeno membawa reliqui para majus dari Persia ke Konstantinopel pada tahun 490. Reliqui (entah sama atau serupa) muncul di Milano bertahun-tahun kemudian dan disimpan di Basilika St. Eustorgius. Kaisar Frederick Barbarossa dari Jerman, yang menjarah Italia, membawa reliqui ke Cologne pada tahun 1162, di mana reliqui aman tersimpan hingga saat ini dalam sebuah rumah reliqui yang indah di katedral.

Meskipun sebagian misteri tetap tak terungkap mengenai identitas para majus, Gereja menghormati sembah sujud mereka: Konsili Trente, ketika menekankan penghormatan yang patut diberikan kepada Ekaristi Kudus memaklumkan, “Umat beriman Kristus menghormati Sakramen Mahakudus ini dengan penyembahan latria yang diperuntukkan bagi Allah yang benar…. Sebab dalam sakramen ini kita percaya bahwa Allah yang sama hadir, yang diutus Bapa yang kekal ke dalam dunia dengan mengatakan, `Biarlah segenap malaikat Allah menyembah-Nya.' Dialah Allah yang sama yang para Majus sujud menyembah, dan akhirnya, Allah yang sama yang dipuja para Rasul di Galilea seperti dicatat dalam Kitab Suci” (Dekrit tentang Sakramen Mahakudus, 5).

Dengan merayakan Hari Raya Natal dan Epifani (sekarang Hari Raya Penampakan Tuhan), kita pun patut sadar akan kewajiban kita untuk bersembah sujud kepada Kristus melalui doa, sembah bakti, dan perbuatan-perbuatan baik serta kurban. St. Gregorius Nazianze (wafat 389) menyampaikan khotbahnya, “Marilah kita tinggal dalam sembah sujud; dan kepada Dia, yang, guna menyelamatkan kita, merendahkan Diri hingga ke tingkat kemiskinan yang begitu rupa dengan menerima tubuh kita, marilah kita mempersembahkan tidak hanya kemenyan, emas dan mur…, melainkan juga persembahan-persembahan rohani, yang lebih luhur daripada yang dapat dilihat dengan mata” (Oratio, 19).

Mengenai Pohon Cemara/ Pohon Natal

Sejarah pohon natal mungkin ditelusuri sekitar abad ke-8, dimana St. Bonifasius (675-754),
seorang uskup Inggris, yang menyebarkan iman Katolik di Jerman sekitar abad ke-8.
Pada saat dia meninggalkan Jerman dan pergi ke Roma sekitar 15 tahun, maka jemaat yang dia tinggalkan kembali lagi kepada kebiasaan mereka untuk mempersembahkan kurban berhala di bawah pohon Oak.
Namun dengan berani St. Bonifasius menentang hal ini dan kemudian menebang pohon Oak tersebut.

Jemaat kemudian bertanya bagaimana caranya mereka dapat merayakan Natal.
Maka St. Bonifasius kemudian menunjuk kepada pohon fir atau pine, dimana merupakan pohon itu melambangkan damai dan kekekalan karena senantiasa hijau sepanjang tahun.
Juga karena bentuknya meruncing ke atas, maka itu mengingatkan akan surga.
Bentuk pohon yang berupa segitiga dan menjulang ke atas serta hijau sepanjang tahun, inilah mengingatkan kita akan misteri Trinitas, Allah yang kekal untuk selama-lamanya, yang turun ke dunia dalam diri Kristus untuk menyelamatkan manusia.

Maka walaupun memang tradisi pohon cemara tidak diperoleh dari jaman dan tempat asal Yesus, penggunaan pohon cemara tidak bertentangan dengan pengajaran Iman dan Alkitab.

Yesaya 60 : 13
Kemuliaan Libanon, yaitu pohon sanobar, pohon berangan dan pohon cemara, akan dibawa bersama-sama kepadamu, untuk mempersemarak tempat bait kudus-Ku, sebab Aku hendak memuliakan tempat kaki-Ku berjejak.


Dalam hal ini, yang dipentingkan adalah maknanya: yaitu untuk mengingatkan umat Kristiani agar mengingat misteri kasih Allah Trinitas yang kekal selamanya, yang dinyatakan dengan kelahiran Yesus Sang Putera ke dunia demi menebus dosa manusia.

Pax In Christo

Tradisi Gua Natal



Tahun 1223, St. Fransiskus Asisi mengunjungi kota Grecio Italia untuk merayakan Natal. karena kapel pertapaan Fransiskan akan terlalu kecil untuk menampung umat yang akan hadir pada Misa Natal tengah malam, maka, ia mendapatkan sebuah gua di bukit karang dekat alun-alun kota dan mendirikan altar di sana.

Utk membangkitkan gairah penduduk Grecio dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus dgn devosi yang mendalam, St. Fransiskus memutuskan untuk merayakan Natal dengan sekhidmat mungkin dgn sedikit penggambaran suasana kelahiran Yesus, tentunya atas ijin Uskup sepetmpat. Maka dipersiapkanlah sebuah palungan, jerami, dan seekor lembu jantan serta keledai ke dlm gua tersebut.

Saat Misa dimulai, St. Fransiskus berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, kemudian ia menyampaikan khotbah kepada umat dgn menyebut-Nya "sang Bayi dari Betlehem".

Seorang prajurit bernama Yohanes dari Grecio, karena Misa ini akhirnya meninggalkan kemapanan dunia ini dan menjadi sahabat St. Fransiskus Asisi. Yohanes mengatakan ia melihat Bayi yang sungguh menawan luar biasa, sedang tidur dalam palungan. Penglihatan prajurit yang saleh ini dapat dipercaya, tidak saja karena kesalehan ia yang melihatnya, tetapi juga karena mukjizat-mukjizat yang terjadi sesudahnya meneguhkan kebenaran itu.

Kisah ini diperkuat dengan tulisan St. Bonaventura dlm bukunya “Legenda Mayor: Riwayat St. Fransiskus dari Asisi”

dari sinilah akhirnya Gua natal menjadi tradisi yg dilakukan org2 Katolik, untuk memberi gambaran agar umat menghayati lebih dalam tentang makna kelahiran Juru Selamat....

Semoga bermanfaat
***Christo et Ecclesiae***

Kamis, 22 Desember 2011

EASTERN CATHOLIC PATRIARCHS

PATRIARCH OF ALEXANDRIA OF THE COPTIC CATHOLIC CHURCH
HIS BEATITUDE CARDINAL ANTONIOS NAGUIB




PATRIARCH OF CILICIA OF THE ARMENIAN CATHOLIC CHURCH
HIS BEATITUDE NERSES BEDROS XIX TARMOUNI




PATRIARCH OF ANTIOCH OF THE SYRIAN CATHOLIC CHURCH
HIS BEATITUDE IGNATIUS YOUSIF III YOUNAN






PATRIARCH OF ANTIOCH OF THE MARONITE CATHOLIC CHURCH
HIS BEATITUDE BECHARA PIERRE AL RAHI




PATRIARCH OF ANTIOCH AND ALL THE EAST, OF ALEXANDRIA AND JERUSALEM OF THE MELKITE GREEK CATHOLIC CHURCH
HIS BEATITUDE GREGORIOS III LAHAM








PATRIARCH OF BABYLON OF THE CHALDEAN CATHOLIC CHURCH
HIS BEATITUDE CARDINAL EMMANUEL III DELLY








Gereja Katolik bukanlah Katolik Roma Saja (Penjelasan singkat mengenai Katolik Timur)

Gereja Katolik bukanlah hanya Katolik Roma saja melainkan Gereja Katolik adalah persekutuan 1 Katolik Roma dan 22 Katolik Timur dengan Paus Roma sebagai pemimpin persekutuan ini. Ke-23 Gereja ini adalah Gereja Partikular yang otonom/mandiri. Hal ini berarti setiap Gereja partikular yang lain tidak bisa mencampuri urusan gerejawi dari Gereja partikular lainnya. Namun demikian, Paus Roma tetap memiliki karunia infallibilitas dalam mengajarkan ajaran Iman dan Moral yang mengikat seluruh Gereja (termasuk seluruh Gereja partikular yang otonom) dalam kapasitasnya sebagai Pengganti Petrus.

Tentang fakta bahwa ada 23 Gereja partikular yang otonom tidak menjadikan Gereja Katolik terdiri dari banyak aliran atau denominasi layaknya yang terjadi di saudara-saudari terpisah Protestan. Mengapa? Hal ini karena ke-23 Gereja ini memiliki persatuan yang penuh dan mengakui ajaran IMAN YANG SAMA, meski berbeda dalam mengekspresi IMAN YANG SAMA ini sesuai tradisi masing-masing.

Berikut ini ada sedikit penjelasan mengenai Katolik Timur.


APA DAN SIAPAKAH KATOLIK TIMUR?

Katolik Timur adalah sebutan bagi Gereja-Gereja Timur yang bersekutu/bersatu penuh dengan Paus Roma. Bersama dengan Gereja Katolik Latin (yang populer dengan sebutan Gereja Katolik Roma), membentuk "Gereja Katolik yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik" dengan Paus Roma sebagai pemimpinnya.

Gereja-Gereja Katolik Timur memiliki tradisi-tradisi liturgi, teologi, devosi, tata tertib gerejawi, doa-doa tradisional dan hukum kanon tersendiri yang berbeda dengan Gereja Katolik Romawi. Namun demikian, Gereja-gereja Katolik, baik Barat (Romawi) maupun Timur, sama derajatnya. (Dekrit Konsili Vatikan II - Orientalium Ecclesiarum No.3)

Gereja-Gereja Katolik Timur, sama seperti Gereja Katolik Roma, meyakini dan mengakui Primat Paus Roma atas Gereja Universal sebagai penerus Takhta St. Petrus; sebagaimana telah dinyatakan oleh Tuhan kita dalam Matius 16:15. (Dekrit Konsili Vatikan II - Orientalium Ecclesiarum No.3)


BAGAIMANAKAH SEHINGGA TERBENTUK "KATOLIK TIMUR"?

Pada perjalanan sejarah gereja, pembicaraan dan perbedaan pendapat mengenai hal-hal tertentu dalam iman menyebabkan perselisihan dalam Gereja Katolik yang universal. Gereja-gereja yang tidak bersepakat saling memisahkan diri, memisahkan diri dari persekutuan/persatuan dengan Paus Roma. Berbagai alasan melatar belakangi perpisahan ini.

Saat ini, ada 3 kelompok gereja oriental dan timur yang terpisah dari persatuan dengan Paus Roma, yaitu Gereja Timur Assiria (Assyrian Church of East) (perpisahan pada tahun 431), Gereja Ortodoks Oriental (perpisahan pada tahun 451), dan Gereja Ortodoks Timur (perpisahan pada tahun 1054 – disebut peristiwa Skisma Besar).

Namun pada perkembangan selanjutnya, sebagian dari masing-masing gereja timur yang memisahkan diri itu kembali bersatu dengan Roma, maka disebut sebagai "Katolik Timur".

Oleh karenanya, setiap gereja-gereja Ortodoks ada counterpartnya pada Gereja Katolik Timur. Misalnya: Katolik Koptik dengan Ortodoks Koptik, Katolik Rusia dengan Ortodoks Rusia, Katolik Rumania dengan Ortodoks Rumania dsb.

Tapi, ada 4 Gereja Timur yang mengaku selalu bersatu dengan Roma dalam artian mereka tidak pernah secara sengaja memutuskan persekutuan dengan Roma. Mereka adalah : Katolik Maronit, Katolik Syro-Malabar, Katolik Italo-Albania dan Katolik Yunani-Ukraina. Dari 22 Gereja Katolik Timur, ada dua Gereja yang tidak memiliki counterpart di Ortodoks yaitu Katolik Maronit dan Katolik Italo-Albania.


TERDIRI DARI GEREJA APA SAJAKAH "KATOLIK TIMUR"?

Berikut ini adalah daftar Gereja-Gereja Katolik Timur beserta lokasi tempat mereka berpusat, sebagaimana yang tercantum dalam Annuario Pontificio dari Tahta Suci (tanggal persatuan atau pendirian di dalam tanda kurung):

+ Tradisi liturgi Aleksandria:

1. Gereja Katolik Koptik : Kairo Mesir (1741)

2. Gereja Katolik Ethiopia : Addis Ababa, Ethiopia, Eritrea (1846)

+ Ritus liturgi Antiokhia atau Siria-Barat:

1. Gereja Maronit : Bkerke Libanon (persatuan dikukuhkan kembali pada 1182)

2. Gereja Katolik Suryani : Beirut (1781)

3. Gereja Katolik Siro-Malankara : Trivandrum, India (1930)

+ Tradisi liturgi Armenia:

1. Gereja Katolik Armenia : Beirut, Libanon(1742)

+ Tradisi liturgi Kaldea atau Siria-Timur:

1. Gereja Katolik Kaldea : Baghdad, Irak (1692)

2. Gereja Siro-Malabar : Ernakulam, India (tanggal persatuan masih diperdebatkan)

+ Tradisi liturgi Bizantium atau Konstantinopolitan:

1. Gereja Katolik Yunani Albania : Albania (1628)

2. Gereja Katolik Yunani Belarusia : Belarusia (1596)

3. Gereja Katolik Yunani Bulgaria : Sofia, Bulgaria (1861)

4. Gereja Bizantium Eparki Križevci : Križevci, Ruski Krstur Kroasia (1611)

5. Gereja Katolik Bizantium Yunani : Athena, Yunani, Turki (1829)

6. Gereja Katolik Yunani Hungaria : Nyiregyháza, Hungaria (1646)

7. Gereja Katolik Italo-Albania : Italia (Tidak pernah berpisah dari Gereja Katolik)

8. Gereja Katolik Yunani Makedonia : Skopje, Republik Makedonia (1918)

9. Gereja Katolik Yunani Melkit : Damaskus, Siria (1726)

10. Gereja Rumania Bersatu dengan Roma, Katolik-Yunani : Blaj Rumania (1697)

11. Gereja Katolik Rusia : Rusia (1905)

12. Gereja Katolik Ruthenia : Uzhhorod (1646)

13. Gereja Katolik Yunani Slowakia : Prešov Republik Slowakia (1646)

14. Gereja Katolik Yunani Ukraina : Kiev Ukraina (1595)

Catatan: Umat Katolik Bizantium-Georgia belum diakui sebagai sebuah Gereja partikular (sesuai dengan kanon 27 dari Hukum Kanon Gereja-Gereja Timur). Mayoritas umat Kristen Katolik Timur di Republik Georgia beribadat dengan menggunakan ritus liturgi Armenia.

(dari http://katolisitas.org/2009/05/22/apa-saja-yang-termasuk-gereja-timur-katolik/)


Apakah Gereja Katolik Timur sudah ada di Indonesia?

Sampai saat ini, Gereja Katolik Timur belum ada di Indonesia. Semua Gereja Katolik di Indonesia adalah Gereja Katolik Roma. Meskipun begitu, sudah ada orang Indonesia yang menjadi Katolik Melkit dan Katolik Yunani-Ukraina, dan kelompok Studi Katolik Timur sudah ada.


Apa perbedaan Katolik Timur dengan Ortodoks?

Perbedaan mendasar antara Katolik Timur dengan Ortodoks adalah Persatuan penuh dengan Roma. Gereja Ortodoks, walau memiliki suksesi apostolik yang jelas, tidak berada dalam persatuan penuh dengan Roma. Sedangkan Katolik Timur berada dalam persatuan penuh dengan Roma. Perbedaan ini kemudian berdampak pada penerimaan Dogma-dogma Katolik. Misalnya, Katolik Timur, meski mengekspresikannya dengan berbeda dari Katolik Roma, menerima Dogma Maria Yang dikandung tanpa noda (Immaculata) dan Infallibilitas Paus. Sedangkan Ortodoks menolak keduanya. Katolik Timur juga mengakui Primat Universal Paus, Uskup Roma. Sebagian besar Katolik Timur adalah Gereja-gereja Timur yang bersatu kembali dengan Roma, kecuali Katolik Maronit, Katolik Syro-Malabar, dan Katolik Italo-Albania.


Bagaimana tentang 4 Gereja Timur yang mengaku tetap berada dalam persatuan dengan Roma?

Gereja Katolik Italo-Albania tidak pernah terpisah karena meskipun ritusnya Byzantine namun mereka selalu menjadi bagian Kepatriarkhan Roma. Selain itu dulu memang ada beberapa keuskupan Byzantine yang berada di bawah yurisdiksi Roma sebagai Patriarkhnya. Yurisdiksi kepatriarkhan saat itu murni berkaitan dengan geografi.

Gereja Syro-Malabar dan Maronite mengklaim tidak pernah berpisah dari Roma, dalam arti mereka tidak pernah secara sengaja memutuskan persekutuan dengan Roma, namun hal ini tidak berarti bahwa selalu ada komunikasi dan hubungan persekutuan yang nyata antara kedua Gereja ini dengan Roma.

Bagi Gereja Maronite komunikasi yang nyata antara pihak Maronite dan Roma baru dimulai sejak Perang Salib (kecuali jika kita ingin menghitung surat-menyurat antara para biarawan dari biara St. Maro dan Paus Hormisdas yang berlangsung jauh lebih awal, tetapi pada masa itu kelompok St. Maron belum menjadi suatu Gereja yang otonom) dan kemudian secara jelas menjadi semakin erat.

Dalam kasus Gereja Syro-Malabar, mereka lama sekali menjalin hubungan erat dengan Gereja Assyria Timur (Nestorian), namun mereka tidak pernah secara terbuka menyatakan putus hubungan persekutuan dengan Roma. Namun, kontak yang nyata dengan pihak Roma baru dimulai pada saat misionaris Portugis datang ke India. Umat Kristen Malabar menunjukkan kedekatan yang luar biasa dengan para misionaris Portugis, bahkan kedekatan ini memungkinkan diangkatnya seorang Latin berkebangsaan Portugis menjadi Uskup bagi umat Syro-Malabar. Kemungkinan terjadinya hal-hal semacam ini kemudian dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa Gereja Syro-Malabar tidak pernah berpisah dari persekutuan Katolik.

Gereja Katolik Yunani-Ukraina adalah Gereja Katolik Timur terbesar. Gereja Katolik Yunani Ukraina adalah Gereja dengan ritus Bizantium yang berada dalam persekutuan penuh dengan Paus Roma.

Nama lain untuk Gereja ini: Gereja Katolik Yunani; Gereja Katolik Ukraina; Gereja Katolik Ukraina ritus Bizantium; Gereja Katolik Kyivan.Nama Gereja Katolik Yunani diperkenalkan oleh Kaisar Maria-Theresa pada tahun 1774 untuk membedakan Gereja ini dari Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Armenia. Dalam dokumen resmi Gereja, istilah Ecclesia Ruthena unita digunakan. Pada tahun 1960, nama Gereja Katolik Ukraina mulai digunakan dalam dokumen resmi untuk merujuk pada umat Katolik Ukraina di diaspora dan Gereja bawah tanah di Soviet Ukraina. Di dalam dokumen statistik tahunan kepausan, Annuario Pontificio, nama Gereja Katolik Ukraina ritus Bizantium digunakan. Pada Sinode Uskup-uskup UGCC (September 1999), nama Gereja Katolik Kyivan diajukan untuk menekankan identitas Gereja ini.Pada tahun 988, Pangeran Volodymyr Agung menjadikan Kekristenan dalam Ritus Byzantine-Slavic sebagai agama nasional dari negara ini, Kyivan-Rus. Hal ini terjadi sebelum Skisma Timur pada tahun 1054 yang memisahkan Kristen Timur dari Barat. Gereja Kyivan menerima warisan tradisi Bizantium Timur dan merupakan bagian dari Kepatriarkhan Konstantinopel. Sekalipun begitu, Gereja ini juga tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Katolik Latin dan Patriarkhnya, Paus Roma.Meskipun Konstantinople dan Roma memiliki perselisihan, Hierarki Kyivan mencoba mengusahakan persatuan Kristen. Wakil dari Rus berpartisipasi dalam Konsili Lyon (1245) dan Konstans (1418) di Barat. Isidorus, Uskup Agung Kyiv sendiri adalah seorang dari para kreator Persatuan Florence (1439).


Berapa Sakramen yang ada di Katolik Timur?

Katolik Timur mengakui 7 sakramen yang sama dengan Katolik Roma.


Bolehkah Umat Katolik Roma menerima Komuni di Gereja Katolik Timur?

Diperbolehkan. Tidak hanya Umat Katolik Roma saja, Umat Katolik Timur juga diperbolehkan menerima Komuni di Gereja Katolik Roma. Umat Katolik Timur juga diperbolehkan menerima Komuni di Gereja Katolik Timur lainnya. Hal ini karena ke-23 Gereja ini memiliki persatuan yang penuh dan mengakui ajaran IMAN YANG SAMA, meski berbeda dalam mengekspresi IMAN YANG SAMA ini sesuai tradisi masing-masing.


Apakah Katolik Timur mengakui semua ajaran Katolik tentang Bunda Maria?

Seperti yang sudah dikatakan, Katolik Timur mengakui ajaran IMAN YANG SAMA termasuk ajaran-ajaran mengenai Bunda Maria.


Imam Katolik Timur ada yang tidak selibat, benarkah demikian ?

Benar. Disiplin Selibat sebenarnya hanya berlaku bagi Para Imam Diosesan Latin, tidak secara universal. Selibat bagi Imam Diosesan Latin sendiri hanyalah JANJI bukan KAUL.

Gereja-gereja Katolik Timur menahbiskan Pria yang TELAH berkeluarga sebagai Imam, namun seorang Uskup Katolik Timur selalu dipilih dari kalangan Imam Selibat (biasanya Para Imam Biarawam). Seorang laki-laki yang telah ditahbiskan terlebih dahulu menjadi Imam Katolik Timur sebelum sempat menikah, tidak dapat menikah setelah ditahbiskan. Imam berkeluarga yang istrinya telah meninggal, juga tidak diperkenankan menikah lagi.

Imam Biarawan Katolik Timur sendiri sama dengan Imam Biarawan Latin, sama-sama memiliki Kaul Kemurnian. Jadi Imam Biarawan Katolik Timur juga tidak menikah.

Tradisi menahbiskan Pria berkeluarga pada dasarnya sama tuanya dengan tradisi Selibat. Baik Latin maupun Timur saling menghormati tradisi dan disiplin gerejani satu sama lain.


PAX ET BONUM


Diambil dari: http://www.facebook.com/notes/gereja-katolik/gereja-katolik-bukanlah-katolik-roma-saja-penjelasan-singkat-mengenai-katolik-ti/10150191573052440

Benarkah Gereja Katolik Menyembah Patung???


1. Mengapa Gereja Katolik membuat Patung?

Alasan pembuatan patung dalam Gereja Katolik adalah sebagai simbol atas sosok yang diistimewakan melalui patung tersebut. Patung itu sendiri tidak diistimewakan, sosok yang diwakilinyalah yang diistimewakan.

Sebagai contoh, Seseroang menyimpan foto orang lain yang dikasihinya. Tentunya yang dikasihi bukanlah foto itu sendiri melainkan pribadi yang diwakili melalui foto tersebut.

Contoh lainnya adalah warga negara suatu bangsa amat menghormati bendera bangsanya, jika bendera itu diinjak2 banga lain, warga negara itu akan marah. Tentunya dia marah bukan atas nasib benderanya sendiri melainkan atas penghinaan terhadap sosok yang diwakili bendera itu, yaitu bangsanya sendiri.

Dengan demikian, pembuatan patung sebenarnya tidak dimaksudkan untuk menjadikan patung itu sebagai objek penyembahan, melainkan hanya sebagai simbol atas sosok yang diistimewakan.

2. Bukankah hal ini dilarang oleh Alkitab (bdk. Kel 20:4-5)?

Sekarang permasalahannya adalah apakah Pembuatan Patung itu melanggar perintah Alkitab? mari kita lihat ayat yang seringkali dikontraskan dengan praktek Gereja Katolik:

Kel 20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Kel 20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,

Larangan pembuatan patung pada Kel 20:4 tidak lepas dari konteksnya dengan Kel 20:5, dimana patung itu tidak boleh dibuat untuk disembah. Maka sebatas pada ayat ini saja, sejauh patung itu dibuat tidak untuk disembah, maka pembuatan patung dan penggunaannya tidaklah bermasalah.

Seperti yang saya jelaskan pada jawaban atas pertanyaan pertama di atas, patung tidak dibuat Gereja Katolik untuk disembah atau dihormati, melainkan untuk menyimbolkan sosok yang disembah atau dihormati.

Bukti Alkitabiah pembuatan Patung

1. Perintah Allah untuk membuat dua kerub dari emas di atas penutup tabut perjanjian (Kel 25:18-20)
2. Perintah Allah untuk membuat dan meninggikan patung ular (Bil 21:9; Yoh 3:14-15)
3. Salomo membuat patung Kerub (1 Raj 6:23-28)

Adanya bukti ini semakin menegaskan bahwa larangan pembauatan patung pada kel 20:4-5 memang adalah dalam konteks untuk tujuan menjadikan patung itu sendiri sebagai objek penyembahan, tetapi di luar tujuan itu, pembuatan patung tidaklah dilarang.

Maka dengan demikian, pembuatan patung dalam praktek Gereja Katolik tidaklah bermasalah.

Salib Terbalik dan Paus


Apa yang langsung muncul di pikiran anda semua setelah melihat gambar di atas?


Salib terbalik pada kursi Paus adalah hal pertama yang muncul dalam pikiran saya. Hal ini dipergunakan oleh kelompok anti-Katolik untuk menyerang paus dan umat Katolik. Melalui gambar ini, mereka merasa ada pembuktian atas klaim mereka bahwa paus adalah seorang anti-Kristus. Benarkah demikian...?


Salib terbalik sering diidentikan dengan satanisme atau sering dikenal di Indonesia dengan gereja setan atau perkumpulan lain yang berhubungan dengan setan. Kalau cerita yang beredar pada kalangan anak-anak, pada gereja setan akan dijumpai salib terbalik, sebagai bentuk perlawanan terhadap Yesus yang mati di kayu salib. Dan akhirnya Paus duduk pada kursi yang memiliki salib terbalik seperti gambar diatas, makin yakinlah mereka bahwa paus adalah seorang anti-Kristus.

Atas tuduhan ini, bagaimana kita menghadapinya? Benarkah paus anti-Kristus seperti yang dituduhkan?

Kita harus mengetahui makna Salib terbalik dalam Gereja Katolik. Banyak cerita mengenai Santo Petrus terutama pada saat ia menjadi martir. Atas perintah kaisar Nero, Santo Petrus dihukum dengan hukuman yang sama dengan Yesus, yaitu disalib. Santo Petrus berkeras hati bahwa ia tidaklah pantas untuk mati dengan cara yang sama seperti Yesus. Santo Petrus meminta untuk disalibkan dengan cara terbalik.

St. Jerome dalam penelitiannya terhadap dokumen-dokumen yang mengandung fakta sejarah, menuliskan:
“Simon Petrus,… saudara Andreas Rasul, dan ia sendiri adalah pemimpin para rasul, setelah menjadi uskup di Antiokhia dan pemberitaan kepada kaum Yahudi yang tersebar… di Pontus, Galatia, Kapadosia, Asia dan Bitinia, di tahun kedua pemerintahan Kaisar Claudius, pergi ke Roma untuk mengusir Simon Magus, dan mendirikan di sana tahta suci selama dua puluh lima tahun sampai tahun terakhir Nero, yaitu ke-empat belas. Oleh Nero ia dipaku di kayu salib dan dimahkotai dengan kemartiran, kepalanya di bawah terarah pada tanah, sedangkan kakinya terangkat tinggi, sebab ia berkeras bahwa ia tidak layak untuk disalibkan dengan cara yang sama dengan Tuhan-nya….Ia dikuburkan di Roma di Vatikan, dekat Via Triumphalis, dan dirayakan dengan penghormatan seluruh dunia.” (katolisitas.org)

Salib terbalik dalam Gereja Katolik memiliki arti untuk mengenang wafatnya Santo Petrus sebagai martir. Salib terbalik pada kursi paus juga dapat menandakan bahwa paus adalah penerus tahta Santo Petrus, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan satanisme atau apapun yang berhubungan dengan anti-Kristus.

Salib terbalik sebelum adanya gereja setan pada abad 20, sudah menjadi simbol dalam Gereja kristen semesta. Pada intinya gereja setan yang didirikan oleh la vey semuanya meniru gereja Kristen namun diputar balikkan. Simbol2 salib dalam gereja sangat banyak.

Salib terbalik : simbol st. Petrus
Salib X : simbol st. Andreas
Dan masih banyak lagi simbol2 salib lainnya

Selasa, 06 Desember 2011

St Nicholas


6 Desember : Santo Nikolas dari Myra, Uskup dan Pengaku Iman.

Nicholas lahir di Parara, Asia Kecil dari sebuah keluarga yang kaya raya. Sejak masa mudanya ia sangat menyukai cara hidup bertapa dan melayani umat. Ia kemudian menjadi seorang imam yang sangat disukai umat. Harta warisan dari orangtuanya dimanfaatkan untuk pekerjaan-pekerjaan amal, terutama untuk menolong orang-orang miskin. Sebagai imam ia pernah berziarah ke Tanah Suci. Sekembalinya dari Yerusalem, ia dipilih menjadi Uskup kota Myra dan berkedudukan di Lycia, Asia Kecil (sekarang: Turki). Santo Nicholas dikenal di mana-mana. Ia termasuk orang kudus yang paling populer, sehingga dijadikan pelindung banyak kota, propinsi, keuskupan dan gereja. Di kalangan Gereja Timur, ia dihormati sebagai pelindung para pelaut; sedangkan di Gereja Barat, ia dihormati sebagai pelindung anak-anak, dan pembantu para gadis miskin yang tidak mampu menyelenggarakan perkawinannya. Namun riwayat hidupnya tidak banyak diketahui, selain bahwa ia dipilih menjadi Uskup kota Myra pada abad keempat yang berkedudukan di Lycia. Ia seorang uskup yang lugu, penuh semangat dan gigih membela orang-orang yang tertindas dan para fakir miskin. Pada masa penganiayaan dan penyebaran ajaran-ajaran sesat, ia menguatkan iman umatnya dan melindungi mereka dari pengaruh ajaran-ajaran sesat.

Ketenaran namanya sebagai uskup melahirkan berbagai cerita sanjungan. Sangat banyak cerita yang menarik dan mengharukan. Namun tidak begitu mudah untuk ditelusuri kebenarannya. Salah satu cerita yang terkenal ialah cerita tentang tiga orang gadis yang diselamatkannya: konon ada seorang bapa tak mampu menyelenggarakan perkawinan ketiga orang anak gadisnya. Ia orang miskin. Karena itu ia berniat memasukkan ketiga putrinya itu ke tempat pelacuran. Hal ini didengar oleh Uskup Nicholas. Pada suatu malam secara diam-diam Uskup Nicholas melemparkan tiga bongkah emas ke dalam kamar bapa itu. Dengan demikian selamatlah tiga puteri itu dari lembah dosa. Mereka kemudian dapat menikah secara terhormat.

Cerita yang lain berkaitan dengan kelaparan hebat yang dialami umatnya. Sewaktu Asia Kecil dilanda paceklik yang hebat, Nikolas mondar-mandir ke daerah-daerah lain untuk minta bantuan bagi umatnya. Ia kembali dengan sebuah kapal yang sarat dengan muatan gandum dan buah-buahan. Namun, tanpa sepengetahuannya, beberapa iblis hitam bersembunyi dalam kantong-kantong gandum itu. Segera Nikolas membuat tanda salib atas kantong-kantong itu dan seketika itu juga setan-setan hitam itu berbalik menjadi pembantunya yang setia.

Nikolas adalah santo nasional Rusia. Cerita tentang tertolongnya ketiga puteri di atas melahirkan tradisi yang melukiskan Santo Nikolas sebagai penyayang anak-anak. Salah satu tradisi yang paling populer ialah tradisi pembagian hadiah kepada anak-anak pada waktu Pesta Natal oleh orangtuanya melalui 'Sinterklas'. Tradisi ini diperkenalkan kepada umat Kristen Amerika oleh orang-orang Belanda Protestan, yang menobatkan Santo Nicholas sebagai tukang sulap bernama Santa Claus. "Sinterklas", yaitu hari pembagian hadiah kepada anak-anak yang dilakukan oleh seorang berpakaian uskup yang menguji pengetahuan agama anak-anak, tetapi ia membawa serta hamba hitam yang menghukum anak-anak nakal.

Santo Nicholas meninggal dunia di Myra dan dimakamkan di katedral kota itu. Relikuinya kemudian dicuri orang pada tahun 1807. Sekarang relikui itu disemayamkan di Bari, Italia.