Rabu, 20 Oktober 2010

DISELAMATKAN OLEH KASIH (Bagian 2)

Mengingat rumahTuhan, selalu menimbulkan kesejukan luar biasa di hatinya. Banyak kenyamanan yang dirasakannya disana, mendengar Firman Tuhan yang membuatnya merasa tenang dan nyaman, dan juga perhatian seorang teman lelakinya, seorang pemuda tampan dari latar belakang keluarga berada di kota tempat tinggalnya itu. Dia mengerti bahwa lelaki muda itu mencintainya, seperti halnya dia mencintai lelaki itu setulusnya.

Perasaan cinta kasih mereka yang hanya terpancar melalui tatap mata saling mengasihi, dan tindak tanduk saling menghormati. Tidak ada kata-kata yang tercetus... tapi semua itu tidaklah menghalangi beribu pesona dan kegembiraan menjadi milik mereka, tanpa ada campur tangan orang lain... begitu indah.... begitu mulia...

Semua berjalan dengan sangat baik, sempurna dan menyenangkan..... Sampai suatu kejadian menghancurkan semua keindahan dan suka cita itu. Dia masih ingat dengan jelas peristiwa jahanam itu menimpanya. Sore itu sewaktu matahari diufuk barat sudah mulai menyembunyikan dirinya, dia baru menapakkan kakinya yang mungil dengan tubuh yang telah penat menuju ke rumahnya setelah seharian lelah bekerja dan membagikan sebagian hasil keringatnya untuk teman-teman kecilnya di rumah yatim piatu.

Tangannya menenteng sebuah bungkusan kecil berisikan makanan untuk dirinya bersama ibunya, ketika empat orang lelaki jahat menghadang langkahnya. Seorang di antaranya dikenalnya sebagai lelaki yang suka menggodanya dengan kata-kata yang membuat perutnya menjadi mual....

Bau minuman tajam menyengat keluar dari mulut dan tubuh mereka.... dan wajah-wajah dengan tatap seram membuatnya bagai binatang kecil yang terjebak tak tahu akan melarikan diri kemana..

Meskipun dia berusaha mempertahanan diri meratap dan menangis keras membela kehormatannya.... tetapi semua usahanya tidak menghasilkan apa-apa.... Dia tercabik-cabik.... dia hancur lebur.... dia bagai boneka rusak .... terlempar dari tangan kasar satu lelaki ke lelaki yang lain..... suara permohonan dan rintih kesakitan.... semuanya bagai menguap tanpa bekas.... tidak ada yang perduli.... tidak ada yang mendengar....

Kemudian mereka tinggalkan dia tergolek dipinggir jalan yang sunyi dan gelap dengan tubuh hancur penuh luka dan kekotoran.... Dengan merangkak kesakitan dia merayap menuju ke rumahnya, dalam kegelapan malam yang pekat dan mencekam.... bunyi jengkerik dan burung malam yang biasanya sangat disukainya, sekarang berubah menjadi menakutkan buatnya..... dia merasa demikian kotor... demikian tidak berarti.... dan suara-suara kegelapan malam itu bagai mencercanya sebagai perempuan kotor yang sangat tidak berguna.... sangat tidak berarti.... semuanya telah terenggut hanya dalam hitungan jam oleh tangan-tangan lelaki yang dikuasai oleh nafsu dan kemabukan....

Dia menangis dan meratap dengan pilu..... tubuhnya sangat sakit dan hancur.... namun hatinya lebih hancur lagi... apalagi ketika dia menatap ibunya yang terdiam kaku.... dengan tatap mata hancur dan pilu menatap keadaannya yang compang camping... kotor dan berdarah-darah....

Dia menghambur kepelukan ibunya dan menangis meraung... dan ibunya dengan tubuh bergetar keras memeluknya.... menciumi wajahnya dengan emosi yang menyakitkan.... Dia kemudian hanya diam kaku ketika ibunya melepaskan semua pakaian yang melekat ditubuhnya.... dan membersihkan semua kotoran dan darah yang melekat ditubuhnya....

Dia juga hanya menurut bagai sebuah tubuh tanpa nyawa ketika ibunya dengan air mata bercucuran memakaikan pakaian yang bersih kepadanya dan menyuruhnya minum dari bejana tanah yang biasa mereka gunakan. Tidak ada kata yang keluar... namun dari saling tatap dan air mata mereka yang membanjir, mereka berdua bicara begitu banyak kata untuk meluapkan semua kepedihan dan nestapa yang dia alami....

"Oh... Tuhan...., dimanakah kebaikan-Mu......? Dimanakah perlindunganmu...? Mengapa semua ini Kau biarkan terjadi pada anakku....? Gadis beliaku yang baik hati dan cantik.... Gadis beliaku yang selama ini mengabdikan dirinya untuk mengikuti ajaran-Mu untuk perduli pada sesama yang papa dan membutuhkan, meskipun hidup kami sendiri sama menderitanya dengan mereka...."

"Tuhan... gadis beliaku hanya mempunyai tenaga, kemudaan dan semangat saja untuk melakukan hal terbaik yang bisa dia lakukan untuk diriku, sesamanya yang membutuhkan dan dia sama sekali tidak perduli dengan dirinya sendiri.... namun sekarang dia tercabik-cabik Tuhan.... dia hancur tidak berdaya... semuanya telah terenggut dengan paksa.... dia bagai sekuntum bunga yang telah mekar mewangi.... namun terhempas dengan kasar oleh manusia-manusia keji dan serakah... Oh Tuhan...., apakah dosa dan kesalahan hambamu sehingga kekejian ini.... harus terjadi pada anak hamba" ratap ibu tua itu dalam hatinya.

Keperihan hati dan derita yang menghujan..... tak mampu mempertahankan kerapuhan tubuh tua yang lemah itu....., setelah beberapa hari terbaring sakit.... si ibu tua meninggalkan dunia yang baginya terasa sangat kejam........ menuju tempat keabadiaannya, dimana tidak ada lagi derita dan kertak gigi, ibu itu meninggalkan gadis belianya sendiri tanpa sanak.....

Perempuan itu meraung memeluk dan menciumi jasad ibunya yang dingin dan kaku.........meratapi kemalangannya..., dia merasa dunianya sudah punah.... dia merasa jiwanya telah mati bersama dengan kepergian ibunya ke Surga. Kehilangan yang sangat menyakitkan dan membuat luka dihati perempuan muda itu semakin mencekam dan menganga lebar...., yang kemudian membuatnya diliputi kemarahan dan dendam yang sangat.....

Dia benci kepada lelaki-lelaki tidak bertanggung jawab yang telah menghancurkan masa depannya....., dia benci kepada kecantikan dan kemolekan tubuhnya, karena dia yakin semua itulah yang menyebabkan bencana pada dirinya...., dia benci dan marah kepada ibunya yang tega meninggalkannya sendiri dalam ketidak berdayaannya...., dan bahkan dia benci kepada Tuhan, yang dianggapkan tidak adil dan tidak kuasa melindunginya..... sementara telah begitu banyak yang telah dia buat mengikuti ajaran Tuhan itu..... Oh.... Tuhan...., dimanakah keadilan-Mu....., dimanakah perlindungan-Mu....? Ratapnya dengan pilu.

0 komentar:

Posting Komentar