Rabu, 20 Oktober 2010

DISELAMATKAN OLEH KASIH (Bagian 3)

Lalu.... apakah salah kalau dia berusaha membalaskan semua sakit hati, dendam dan amarahnya itu dengan melayani orang-orang yang memujanya....? Dia merasa yang dilakukannya cukup adil, barter antara ia dengan para pemujanya.... Ia bagikan kemolekan tubuhnya...., dan ia memperoleh imbalan barang-barang mewah, perhiasan dan juga uang..... Mungkin ia sangat salah, bila hanya memakai sebagian kecil dari semua kemewahan yang diperolehnya untuk dirinya sendiri. Gaun putih sederhana, makanan sederhana secukupnya, sedangkan sebagian besar lainnya dia belikan makanan dan barang kebutuhan sehari-hari yang secara rahasia dikirimkan untuk teman-teman kecilnya di rumah yatim piatu.

Lamunan kenangan masa lalu terputus ketika kemudian guru-guru agama dan orang-orang Farisi itu menariknya paksa dan menyuruhnya berdiri ditengah-tengah halaman rumah Tuhan, persis dihadapan Yesus yang sedang duduk mengajar orang-orang tentang kebaikan. Ia begitu mengagumi Yesus, ia sangat memuja Yesus, karena secara tersembunyi ia selalu mendengarkan semua ajarannya yang membuat damai dan tenang hatinya, meskipun ditengah dosa yang dilakukannya.

Ia sangat sadar akan dosa yang diperbuatnya, dosa zinah yang diancam dilempari batu sampai mati, namun kekuatan dendam dan sakit hati mencengkeram kuat hatinya.
Ia mendengar mereka berkata pada Yesus, "Bapak Guru, wanita ini kedapatan sedang berbuat zinah. Di dalam Hukum Musa ada peraturan bahwa wanita semacam ini harus dilempari dengan batu sampai mati. Sekarang bagaimana pendapat Bapak?" tanya mereka.

Sebenarnya mereka bertanya begitu untuk menjebak Yesus, supaya mereka dapat menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus tunduk saja, dan menulis dengan jari-Nya di tanah.

Suasana begitu hening, mereka mulai nampak tidak sabar karena tidak ada reaksi dari Yesus. Mereka terus mendesak. Akhirnya Yesus mengangkat kepala-Nya, menatap mereka satu persatu dengan tatap tenang namun tajam dan berkata kepada mereka, "Orang yang tidak punya dosa di antara kalian, biarlah dia yang pertama melemparkan batu kepada wanita itu." Sesudah berkata demikian,Yesus tunduk kembali dan menulis lagi di tanah.

Mereka terpana mendengar kata-kata Yesus. Perempuan itu menyaksikan dengan heran dan takjub, mulai dari lelaki-lelaki pemujanya yang beranjak pergi meninggalkan tempat itu, satu demi satu mulai dari yang tertua. Akhirnya hanya tinggal Yesus dan dirinya yang masih berdiri di tempatnya. Begitu hening.... begitu senyap.... bahkan ia nyaris mampu mendengarkan bunyi degup jantungnya yang berdetak keras, dan goresan jari Yesus pada tanah dihadapan-Nya.

Lalu Yesus mengangkat kepala-Nya, menatapnya dengan pandangan yang teduh dan damai, dan berkata kepadanya, "Di manakah mereka semuanya? Tidak adakah yang menghukum engkau?"

"Tidak, Bapak," jawabnya pelan dengan suara tercekik dengan wajah tertunduk dalam.

Ia tidak tahu pikiran jahat apakah yang datang menerpanya saat itu. Ia telah diselamatkan dari kematian mengerikan secara perlahan-lahan karena dilempari batu, dan ia juga mengerti dan tahu siapa Yesus, seorang guru agama yang hebat dan adil, seorang guru yang hatinya bersih suci, namun tiba-tiba saja muncul keinginan untuk membalas semua kebaikan Yesus itu dengan mempersembahkan dirinya utuh secara jasmani.

"Ah.... masakan Yesus tidak menginginkanku, sama seperti lelaki-lelaki yang memujaku...." pikirnya. Dan pikiran itu terpancar keras dari tatap matanya kepada Yesus. Tetapi ia merasa heran sekali sekaligus malu.... ia merasa sangat tertampar dengan kedegilan hatinya, Yesus seperti mengetahui apa yang menjadi jalan pikirannya yang kotor, Yesus menatapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang, bagai ia seorang kanak-kanak nakal. "Baiklah," kata Yesus, "Aku juga tidak menghukum engkau. Sekarang pergilah, jangan berbuat dosa lagi."

Ia tersungkur .... bersimpuh dihadapan Yesus, menangis keras, untuk meluapkan segala kebahagiaannya, kegembiraannya karena telah luput dari maut yang mengerikan, dan yang membuatnya bahkan ingin berteriak penuh suka cita, Yesus telah menolongnya. Sebenarnyalah ia merasa aneh bahwa segala dosa zinah yang telah dilakukannya, bahkan pikiran kotor untuk menggoda Yesus tadi, begitu saja telah diampuni, hanya dengan satu kata, agar ia JANGAN BERBUAT DOSA LAGI.....!!!

Dan kini ia bertekad untuk lepas dari dosa dan menebus segala dosa-dosa yang telah dilakukannya.

"Terimakasih Bapak.... terimakasih Bapak.... saya berjanji tidak akan berbuat dosa lagi, saya akan hidup sesuai apa yang Bapak ajarkan selama ini. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." sahutnya dengan suara bergetar.

Ia bangkit dan pergi sesuai perintah Yesus. Hatinya begitu damai dan penuh suka cita. Sepanjang jalan menuju ke rumahnya ia bersenandung dan bernyanyi kecil, lagu-lagu masa kecilnya yang selalu dinyanyikannya di rumah Tuhan, dan bersama teman-temannya.

Ia membenahi hidupnya. Memang berat dirasakannya, biasa bergelimang kemewahan dengan harta dan uang yang diperolehnya dari lelaki-lelaki yang memujanya. Sekarang ia harus bekerja keras lagi, dengan tenaga kasar....

Dan ia juga harus berusaha keras menyadarkan para lelaki pemujanya bahwa dia sudah tidak mau hidup dalam dosa zinah lagi, bahwa ia berusaha untuk hidup baru dan menjadi manusia baru yang bersih. Lelaki pemujanya berusaha kuat merayunya dengan harta berlimpah, bahkan puluhan kali lebih banyak dari yang pernah mereka berikan, tetapi ia tidak goyah... ia tolak semua itu...

Lambat namun pasti, semua lelaki pemujanya mundur dan meninggalkannya..., ada yang sadar akan segala kekhilafannya dan kembali kepada isteri dan keluarganya dengan damai..., tetapi ada yang dengan penuh rasa marah dan terhina karena ditolak, berpindah kepada wanita lain yang moralnya juga rusak.

Ia hanya mampu berdoa dan berharap semua itu akan berjalan dengan baik pada akhirnya, semua orang itu disadarkan dan diselamatkan...

Selama proses pemulihannya, ia terus mengikuti kemana saja Yesus pergi dan mendengarkan semua ajaran-Nya dengan gembira dan tekun. Ia merasa hidupnya jadi indah dan berarti. Kebahagiaannya semakin bertambah sempurna karena lelaki masa kecilnya, pemuda yang dicintai dan mencintainya tetap setia menunggunya, dan mengharapkan cintanya. Dan menerima ia dengan segala keberadaanya, perempuan sundal yang telah dipulihkan dan tidak berbuat dosa lagi. Untuk menjadi isteri terkasihnya. Ia merasa bahwa ia akan menerima uluran tangan kasih itu, namun entah kapan.... karena ia harus terus membenahi dirinya agar layak untuk menerima suka cita itu..., hidup berdampingan dengan pujaan hatinya.

Ia benar-benar mengerahkan semua tenaganya untuk bekerja keras..., membanting tulang tanpa kenal lelah. Sepanjang hari ia lakukan, dan menjelang malam ia terkapar dengan tubuh yang lunglai karena lelah.... semua itu dilakukan dengan hati gembira dan suka cita. Hasil kerja kerasnya ia sisihkan sebagian kecil untuk dirinya, sedangkan sebagian besar lainnya dibelikan makanan dan kebutuhan sehari-hari untuk teman-teman kecilnya di rumah panti asuhan.

Ia merasakan suka cita luar biasa. Dan ia sekarang sudah mampu memaafkan dirinya sendiri, ia telah kubur semua kepahitan masa lalu, ia sudah ampuni lelaki-lelaki yang telah menghancurkan hidupnya dan juga lelaki-lelaki pemujanya. Ia selalu bersimpuh di hadapan Tuhan dalam doa penyembahannya yang tulus untuk semua kebaikan orang-orang yang telah melukainya. Wajahnya semakin cantik dan bersinar...

Ditengah apa yang dirasakannya, suka cita dan kebahagiaannya. Ia merasa, kinilah saatnya ia ungkapkan semua rasa bahagia, suka cita dan syukurnya karena ia telah dipulihkan dan dosanya telah diampuni dengan bersimpuh kembali di hadapan Yesus, di kaki Yesus.

Dan kini ia berdiri terpaku di pekarangan rumah Tomas, orang Farisi yang mengundang Yesus untuk makan bersama, dengan sebuah botol pualam indah berisi minyak wangi yang sangat mahal harganya, yang dibelinya dari uang hasil cucuran keringatnya, botol pualam berisi minyak wangi yang ia dekap dengan hati-hati didadanya.



0 komentar:

Posting Komentar