Senin, 16 Mei 2011

HATI ALLAH YANG HANCUR (BAG. III)-THE END

SAMBUNGAN...

Ketika saya meneruskan pembicaran dengan orang yang terluka itu, Saya diingatkan kembali bahwa banyak orang di dunia ini yang tidak mengerti akan Allah yang merupakan seorang Bapa yang penuh kasih. Berbicara tentang Allah Bapa yang penuh kasih hanya akan menimbulkan kepedihan dan kemarahan dalam hati mereka. Berbicara mengenai hati Allah sebagai Bapa kepada mereka, tanpa merasakan kepedihan mereka, hampir sama dengan suatu tindakan kejam.

Satu-satunya cara saya dapat menjadi kawan laki-laki itu dalam perjalanan dari Oslo ke Amsterdam ialah dengan menjadi kasih Allah baginya. Saya tidak berusaha untuk memberi jawaban yang sempurna. Saya hanya membiarkannya marah lalu menawarkan minyak belas kasihan bagi luka-lukanya. Ia ingin percaya kepada Allah, tetapi jauh d idalam hatinya, rasa keadilannya telah hilang.

Ia membutuhkan seseorang yang dapat mengatakan bahwa tidak apa ia marah dan mengatakan kepadanya bahwa Allah juga marah terhadap ketidakadilan. Setelah Saya mendengarkannya dan mempedulikannya serta menangis bersamanya, ia siap mendengarkan kata-kata saya bahwa Allah lebih sedih daripada dirinya atas apa yang telah terjadi dengan isteri dan keluarganya.

Tak ada seorangpun yang pernah mengatakan kepadanya bahwa Allah juga mengenal; kepedihan hati yang hancur.

Ia mendengarkan dengan diam sementara saya jelaskan bagaimana ciptaan Allah begitu rusak karena dosa dan sikap egois, sehingga kini menjadi berbeda seluruhnya dari apa yang ia ciptakan semula.

Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang kita semua pernah menanyakannya: Mengapa? Mengapa Dia menciptakan sesuatu yang dapat jatuh dan menjadi rusak? Jika ia adalah Bapa yang penuh kasih, mengapa ia ijinkan segala penderitaan itu?

Kemudian saya membagikan beberapa jawaban yang telah menolong saya.

Banyak orang tidak dapat memahami bahwa ada Allah yang baik tetapi mengijinkan penderitaan. Namun jika tidak ada Allah yang berkepribadian kekal, penderitaan manusia kehilangan arti sama sekali. Jika tidak ada Allah, maka manusia hanyalah suatu produk yang kompleks dari suatu waktu dan kebetulan. Hanya merupakan suatu akibat dari proses evolusi. Jika itu benar, maka penderitaan hanyalah suatu masalah yang bersifat fisik dan kimiawi.

Jika tidak ada Allah, tidak akan ada kemurnian moral, dan tidak ada dasar untuk mengatakan bahwa setiap bentuk penderitaan adalah salah secara moral.

Dengan menyangkal eksistensinya, manusia menyangkal arti kehidupan itu sendiri dan karenanya juga menyangkal dasar dari perkataan bahwa tidaklah benar bagi manusia untuk menderita.

Tanpa Allah kita bahkan tidak dapat mengajukan pertanyaan, "Mengapa orang yang tidak bersalah menderita?" karena tidak ada yang disebut tidak bersalah.

Tidak bersalah mengandung arti salah, dan salah menyatakan secara tidak langsung bahwa ada hal-hal yang mutlak tidak benar secara moral.

Saya percaya menderita itu salah, dan fakta bahwa Allah itu ada mengijinkan saya untuk mengatakannya dengan tegas. Namun penegasan itu membawa kita kepada pertimbangan lain yang penting. Bagaimana perasaan Allah terhadap penderitaan dan kejahatan di dalam ciptaanNya. Alkitab berkata bahwa Dia sangat berduka di dalam hatinya. (Kejadian 6:5-6)


JESUS LOVE AND BLESS U ALL..

0 komentar:

Posting Komentar